![](images/mht39F(1).jpg)
Dahulu kala, di kota Persia,
seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari
datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian
laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak
Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang
ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah
dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan
dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan
seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu
bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang
seperti gua.
![](images/mht3A2(1).jpg)
Dalam lubang gua itu terdapat
tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua
itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir
itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini
adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya
Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia
menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada
di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah
tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini
akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir
menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir
lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi
sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah
aku !", ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya
dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap
membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat
ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri
cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik
Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin.
Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan
memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."
![](images/mht3A5(1).jpg)
Aladin menceritakan semua hal
yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor
ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba
asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah
Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini
memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu
singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya.
"Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu",
kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan, tahunpun
berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi
seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat
terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu
menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang
Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa
permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari
anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang
tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
![](images/mht3A8(1).jpg)
Setelah tiba di rumah Ibu
segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana.
Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang
dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja
dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah
engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat
gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
![](images/mht3AB(1).jpg)
Nun jauh disana, si penyihir
ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke
tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana
Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !".
Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan
menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan
memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke
rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari
berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya
kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya
kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu,"
ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan
kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari
kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan
minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali
lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin.
0 comments:
Post a Comment